Peringatan:
Ini bukan kolom kesehatan. Saya bukan ahli gizi. Jadi, ga usah dipercaya isinya, hahaha! But I dedicate this writing for those who do care about their health.
-------------------------------------------------
Part I : diet freak
Sekitar setahun lalu saya mulai jadi diet freak. Saya mulai rese soal makanan. Waktu itu saya obses banget buat ngurangin porsi makanan. Makan kadang cuma sekali sehari. Pas tidur suka keroncongan. Pokoknya suka bela2in nahan laper. Ampe suka ngiri liat kucing lagi makan di tong sampah.
Mulai dari situ, bener banget badan saya mulai menyusut. Tapi saya jadi lemes. Perut saya juga sering bunyi-bunyi pas kuliah. Pokoke menderita deh.
Ada ga sih yang menyadari bahwa pola diet semacam itu sering dijalanin sama anak muda zaman sekarang? That is sssooo unhealthy ...
Sejak saya ngerasa kalo cara diet semacam itu ga akan bertahan lama, saya mulai rajin baca2 buku kesehatan. Dan emang bener kalo diet kek tadi justru bikin metabolisme kita jadi kacau balau. Karena ga dikasih asupan gizi yang cukup, badan kita jadi ga punya energi bahkan untuk ngebakar lemak sekalipun. Tetep ada sih lemak yang terbakar (secara kita tetep beraktivitas), tapi jumlahnya keciiiiiiiillll sekali. Jadi, kalo timbangan badan tiba2 jadi turun, itu cuma pengurangan kadar air doank. Dan percaya deh, diet semacam itu bikin hidup kita dipenuhi aura negatif dan kita ga mungkin tahan ngejalaninnya lama2 (i know it cause i’ve been there).
-------------------------------------------------
Part II : otak dan perut
Otak sama perut kadang nggak sinkron. Kita pen makan tiramisu, pizza, jeroan, mie instan dengan mecin-nya yang luar biasa ... itu otak yang ngatur rangsangannya. Sebenernya perut ga minta macem-macem, lho. Perut cuma butuh sesuatu buat digerus di lambung, dalam porsi yang wajar, serat yang seimbang, dan nilai gizi yang sesuai. Gak peduli rasanya seperti apa.
See? Tapi bukan berarti kita lantas harus minum jus brokoli kalau itu malah bikin kita muntah-muntah. What i’m trying to say here adalah makan enak [maksudnya adalah makan makanan yang nilai kalorinya tinggiiiii sekali tapi sebenernya ga dibutuhkan] itu gapapa kalo sekali2. Tapi jangan dimakan ketika nggak perlu. Itu adalah godaan dari si otak (dasar otak nakal!). Makan junk food pas lagi kepengen banget, itu oke-oke aja. Tapi kalau ampe junk food setiap hari ... hmmm, memangnya ga ada menu lain apa??
Mungkin setiap kali kita mau makan sesuatu yang ga terlalu sehat, kita bisa mikir dulu: ’Ada ga ya menu lain yang lebih sehat dan bisa gue makan sekarang buat ngegantiin yang ini?’
Dan kalau memang ada pilihan lain yang lebih sehat, kenapa nggak?
-------------------------------------------------
Part III: Ga perlu diet, nikmatin aja hidup
Pas saya mulai ngejalanin diet, banyak yang neyeletuk: ’ya ampun, lel .. ngapain sih diet2 segala. Hidup itu harus dinikmati!'
Yup, that’s right! Diet emang ga perlu ... tapi itu kalo motivasi kita buat diet adalah karena terobsesi punya bodi kaya Kate Moss.
Menurut saya, diet supaya bisa live longer healthily ever after itu malah pilihan yang bagus banget. Distrik Okinawa di Jepang tercatat sebagai daerah yang orang2nya punya umur panjang. Kakek2 yang umurnya 88 tahun aja di sana masih bisa surfing ma handstand. Dan itu karena mereka punya pola makan sayur, teh hijau, dan sedikit makan daging. Apakah dengan diet semacam itu mereka dianggap tidak menikmati hidup? JUSTRU SEBALIKNYA: mereka bisa menikmati hidup melalui diet sehat.
Kalau mendengar kata diet, orang sering mengasosiasikannya dengan mengurangi porsi makan. Makanya konotasi-nya jadi negatif. Karena secara natural, manusia itu cinta banget sama makanan (mungkin lebih dari pacar sendiri? hihihi). Pas bangun pagi, langsung kepikiran mo sarapan apa. Pulang kuliah yang dibahas juga soal makan malam. Jadi, kecintaan manusia pada makanan emang harusnya jangan ampe dibatasi sama porsi yang sedikit. Lebih baik definisi diet dikembaliin lagi ke makna awalnya, yaitu pengaturan pola makan.
-------------------------------------------------
Part IV: Diet macam apa?
Banyak banget pola diet yang dikomersilkan di toko buku. Mulai dari diet karbohidrat, diet golongan darah, diet protein, ampe yang aneh2 kek diet harus makan kol, atau diet makan beling juga kali ada. Saya sendiri ga tau mana yang bagus dan nggak. Tapi menurut saya, kalau program diet udah pake cara membatasi atau mengurangi kandungan gizi tertentu, misalnya ga makan karbohidrat, ga bole makan buah ini-itu ... itu udah ga sehat. Karena tubuh memang butuh semua zat gizi. Bahkan seorang vegetarian pun harus mengganti protein hewani dengan suplemen atau asupan gizi lain supaya tetep sehat.
Sekarang saya lagi suka baca buku Food Combining nya Andang Gunawan. Inti programnya adalah: kita ga perlu membatasi bentuk makanan yang kita makan tiap hari. Empat sehat lima sempurna tetap harus dijaga, tapi yang perlu diatur adalah pola kombinasinya, misalnya: pas makan karbohidrat jangan dicampur sama protein hewani. Tujuannya biar kerja pencernaan jadi efektif, pemakaian energi tubuh jadi maksimal, dan pembuangannya jadi lancar. Ada beberapa aturan lain, tapi ... mending baca ndiri gih, hehehe ...
Sulit?
Yup, sapa bilang ini gampang. Dosen saya sendiri ada yang cerita kalau dia juga nerapin Food Combining. Tapi dia kan punya istri yang ngurusin! Jadi si bapak bisa tinggal makan doank. Nah kalau kita2 para lajang yang super sibuk gimana donk?
Terlepas dari pola diet apa yang kita jalanin, menurut saya, itu tergantung niat sih. Semua tahapan diet kan ga perlu dilakukan sekaligus. Nggak perlu ekstrim lah. Kita bisa mulai dari hal-hal kecil sesuai posisi kita, misalnya :
- kalau minum jus, mending beli yang hasil blender aja ketimbang yg udah diawetin dalam kotak
- daripada minum es campur mulu tiap abis makan mending minum es teh manis aja
- kalau makan nasi, coba porsi sayurnya dibuat lebih banyak ketimbang daging
- kalau makan nasi sebaiknya lauknya dimulai dari sayur. Jadi kalo keburu kenyang, bisa dipastiin kalau sayurnya dah habis duluan
- kalau makan, jangan ditelen cepet2. Otak butuh waktu buat ngasih sinyal apakah kita sebenernya dah kenyang atau belum. Itu sebabnya kalau makan buru2, kita jadi sering kekenyangan ga keruan tanpa disadari
- de ... el ... el ...
Nah, ntar kalo kita udah berduit, berkeluarga, terus bisa ngegaji asisten rumah tangga ... kan kita bisa tinggal bikin menu sehat aja. Yang ngurusin masaknya bisa asisten kita. Yang penting, pengetahuan kita buat hidup sehat udah terlatih dari zaman kita masih muda. Biar pas tua, ga susah lagi ngebentuk pola pikirnya.
Rome wasn’t build in a day. Untuk menumbuhkan kebiasaan baru itu ga gampang. Kadang2 niat buat hidup sehat suka amburadul lagi pas kita lagi stress (ini sedang terjadi sama saya T_T). Tapi stress kan ga terjadi selamanya. Jadi, ketika pikiran kita udah seger lagi, kita musti back on track* Makanya, diet sebaiknya dimulai dari kebiasaan2 kecil aja dulu. Ntar lama2 kepedulian kita terhadap kondisi tubuh bisa lebih baik.
Yang penting bukan ukuran tubuh, tapi performanya. Kalau kita menjalani pola makan sehat, tanpa kita sadari, ukuran tubuh bisa menyesuaikan sendiri. Dan cara ini bisa bertahan lebih lama ketimbang kita diet kagetan kek yang saya bilang di part I tadi.
Oh ya, ada satu lagi hal yang selalu saya tanamin ke diri sendiri: bahwa diet itu seharusnya ga diliat sebagai program pengurusan badan dalam 1-2 bulan. Cara instan semacam itu memang ada. Tapi efeknya ga akan bertahan sampai 5-10 tahun mendatang. Padahal kan kita pengennya bisa hidup sehat ampe kakek-nenek. Jadi, daripada susah2 mikirin cara diet instan (yang serigkali mahal atau bikin menderita), mending kita perbaiki pola hidup untuk kesehatan kita 10, 20, atau 30 tahun lagi.
So, atas nama cinta dan kesehatan, mari kita belajar peduli sama tubuh sendiri! Hehehehe ... eh, gilingan ya ... baru kali ini saya curhat sepanjang ini!
------------------------------------------------------------------------------------
*) makasih buat si dudul yang udah ngingetin :),
tapi kamu juga jangan makan mecin mulu donk!!!!!!