Alasan Orang Nggak Nge-Blog

Apa yang jadi alasan orang nggak mau nge-blog ? Ini di antaranya ...

Tidak suka kisah curhatnya dibaca orang. Jadi, mending nulis di jurnal pribadi secara manual atau tidak usah ditulis sama sekali (rahasiaku aman bersamaku...)
-------------------------------------------------------------------------------
Mengaku lebih suka curhat sama orang hidup daripada sama komputer.
-------------------------------------------------------------------------------
Tidak punya topik. Kalaupun ada ide, sering keburu lupa saat mau menulis.
-------------------------------------------------------------------------------
Malas karena harus ke warnet untuk posting tulisan.
-------------------------------------------------------------------------------
Kehilangan rasa percaya diri karena blog nya tidak pernah mendapat posting komentar dari orang lain.
-------------------------------------------------------------------------------
Tidak tahu kalau di planet ini ada aktivitas blogging.

Jewel In The Palace

Tidak ada maksud menghina kualitas drama TV kita, tapi memang siapa yang tahan kalau tiap hari yang dilihat seperti itu-itu saja ...


Sekarang sedang diputar di Indosiar drama korea yang titelnya Jewel in the Palace (saya tidak tau titelnya dalam bahasa Korea). Kisahnya heroik sekali : tentang perjuangan seorang wanita yang berhasil menjadi dokter istana wanita pertama di Korea. Karena tidak tahan menunggu iklan dan episode berikutnya, saya akhirnya pinjam DVD-nya ke teman (DVD bajakannya seharga Rp.75rb) dan menyelesaikan filmnya dalam 2 malam.

Kalau pernah menonton drama Jepang atau Korea dan membandingkannya dengan sinetron Indonesia pasti terlihat sekali ke-jomplang-annya. Tidak ada maksud menghina kualitas drama TV kita (beberapa memang ada yang menarik, tapi tdk banyak) ... tapi memang siapa yang tahan kalau tiap hari yang dilihat seperti itu-itu saja ...

Rumah-rumah gedongan, pemain antagonis yang matanya sering melotot-lotot, hantu-hantuan pakai kain seprai, mama-mama tiri yang suka teriak-teriak heboh, anak kecil yang jadi pengemis dan nangis meraung-raung (padahal physically, kelihatannya si anak terlalu gemuk dan tampak sehat utk seorang pengemis), dan lain sebagainya...

Mengutip kata teman saya juga :

Sekarang lagi booming sinetron Indonesia yang ambil latar belakang style hidup anak muda zaman sekarang, kayak : sekelompok ABG yang hobi nge-drugs, sex bebas, dugem malem, de el el... Ingin lihat sesuatu yang beda. Bukan yang menampilkan ‘sikap hidup buruk apa yang banyak terjadi di kalangan anak muda’, tapi ‘sikap hidup baik seperti apa yang bisa dicontoh anak muda’.

Hmmm...padahal sinetron itu makanan sehari-hari adik-adik kecil kita, ibu-ibu, (mungkin) bapak-bapak juga, kakak-kakak kita, dan bibi yang bantu-bantu bersihin rumah kita ... (Anak tetangga saya saja sudah pintar ngomong ‘Buset!’ sama orang tua saat umurnya 4 tahun -gara-gara nonton sinetron. Hihihi...)

Kapan ya bisa lihat sinetron/drama Indonesia yang ceritanya mendidik ? (Mungkin gak ya mbak Mira Lesmana atau mas Rudi Soedjarwo kelak bikin sinetron yang ceritanya bagus ?)

Jeprat-Jepret Kucing di Tempat Kos


Di tempat kos saya ada kucing item-putih yang sehari-harinya sering nokrong (dan lari terbirit-birit kalau didekati manusia). Akhirnya si kucing sempat beranak pinak di sini. Totalnya ada 3 anak kucing dan semuanya memiliki paduan bulu putih dan abu-abu hitam. Kadang-kadang kalau personil keluarga kecil kucing ini lewat depan mata, saya suka iseng jeprat-jepret pakai kamera bapak saya.

Sebagian file foto ternyata hilang (baca : lupa disimpan di mana). Akhirnya yang berhasil ditemukan hanya yang ada di bawah ini ...

[1]
Dua detik setelah foto ini dijepret, si kucin
g langsung kabur








[2]
Saat mengambil foto ini, saya sampai memanjat pagar pembatas rumah kos








[3]
Beberapa kali si induk kucing memandang saya dengan tampang bete



Look At The Shoes !

(Diketik sembari nonton Extravaganza)

Tadi saat mengikuti kelas di suatu bimbingan bahasa inggris, guru saya melontarkan topik menarik. Selama hampir dua jam kita ngebahas soal gimana caranya membangun komunikasi dengan orang lain. Ujung-ujungnya malah merembet jadi soal gimana cara ampuh mengenali karakteristik orang dari alas kakinya.

The best way to recognize people is by looking at her shoes !

Pakaian sendiri bisa jadi indikasi penilaian juga, tapi kurang mencirikan seseorang. Coba ya, saya saja tiap hari ke kampus pasti menggunakan kaos yang berbeda. Celana, meskipun frekuensi penggantiannya tidak sesering baju atas, tetep masih lebih sering gonta-ganti ketimbang ... ALAS KAKI !

[ingat, konotasi alas kaki di sini bukan keset, melainkan sandal jepit, sandal cantik, sepatu olah raga, sepatu teplek, pantofel, dan lain sebagainya]

Kecuali orang yang hobi menyelaraskan alas kaki sama baju (kalau baju biru, sepatu juga biru ... kalau sepatu nggak matching sama tas, mending beli tas baru dulu), sebagian besar orang menjadikan alas kakinya sebagai teman setia (alias one shoes for every occasion) karena biasanya koleksi alas kaki kesayangan seseorang rata-rata hanya 2 atau 3. Dari situ kita bisa lebih mudah menebak-nebak karakteristik seseorang. Kalau sudah jago mencirikan sifat orang dari alas kaki, kita juga bisa menebak-nebak percakapan macam apa yang cocok untuk memulai perbincangan dengan orang semacam itu.

Misalnya, high heels (untuk wanita, tentu saja, karena saya belum pernah memergoki pria pakai high heel) menandakan wanita yang easy going, namun punya prinsip untuk tampil menarik di mata orang lain. Konon, ketinggian high heel juga selaras sama rasa PeDe.

Lain halnya dengan wanita yang lebih suka pakai sandal kemana-mana. Artinya dia rada cuek dan kurang peduli dengan apa kata orang soal penampilan. Tapi yang satu ini umumnya lebih terbuka untuk diajak ngomong soal apa saja. Sepatu sport menandakan orang yang dinamis dan praktis. Suka pada kebebasan tapi tidak mau tampil asal dengan bersandal-ria. Nah, lantas bagaimana dengan orang yang suka pakai sepatu kuda ? (Nah lho, nge-garink de...)

Oh ya, ngomong-ngomong soal alas kaki saya jadi inget sama dosen saya yang hobi menyelidik tiap kaki mahasiswanya yang berpapasan sama beliau. Salah kostum bisa berakibat omelan panjang lebar soal tata karma dan kesadaran berpakaian. Teman saya sampai ada yang rela mengaku sebagai mahasiswa jurusan lain supaya hukumannya diperingan (sekaligus mencoreng nama baik jurusan lain itu...hihihi...). Saya sendiri pernah hampir kepergok pakai sandal jepit. Untung masih sempat kabur...

Cerita soal alas kaki memang nggak ada habisnya. Apalagi kalau mau membahas cerita-cerita menyedihkan seputar bau-bau yang sering tercium di kelas kala ada teman yang lama tak mencuci alas kakinya. Kalau ada yang punya cerita soal alas kaki, silahkan dibagi di sini...

Dilema Mencari Tempat KP

Sebagai mahasiswa tingkat 3, sudah selayaknya saya mulai pusing berburu tempat Kerja Praktek (alias KaPe). Ternyata lebih sulit dari yang dibayangin...Saya pikir dengan koneksi semua beres !


Ternyata mencari koneksi saja susah. Punya koneksi pun belum tentu menjanjikan kemudahan. Teman saya malah ada yang jadi down gara-gara menerima penolakan dengan alasan :
"Maaf, kami sudah mendapatkan mahasiswa yang lebih kompeten untuk kerja praktek di sini"
(mungkin kata2nya tidak persis begitu ya, tapi yang jelas intinya menyedihkan...)

Akhirnya, kalau tadi punya cita-cita
*KP di perusahaan besar dan mendapat fasilitas (baca : gaji) yang layak*

sekarang berubah menjadi :
*KP di perusahaan mana pun asal dapat fasilitas (baca : gaji) yang layak*

dan akhirnya berubah lagi menjadi :
*KP di perusahaan apa pun, tak dapat fasilitas (baca : gaji) juga tak apa*

Jadi, perhatian buat adek-adek yang bentar lagi mau siap-siap buat KP. Persiapkan proposal KP mu jauh-jauh bulan sebelumnya. Apalagi bagi yang punya standar tinggi dalam mencari tempat KP. Hehehehe...